
Peristiwa Maut di Selat Makassar
BMKG, Weather Channel dan situs aplikasi prakiraan cuaca global Windy.com, mengkonfirmasi saat insiden, deru angin musim barat Selat Makassar, kecepatannya mencapai 29.3 hingga 32,1 km per jam. Kecepatan angin normal untuk pelayaran di musim hujan gugus kepulauan itu berkisar 9-15 km per jam. Hujan intensitas sedang dan arus putaran di perairan Selat Makassar, mempercepat tenggelamnya jolloro konstruksi fiber bertonase 2 ton, dan 45 PK itu.
Muhammad Fitri "FItti" Mubarak (53), yang kala itu masih menjabat Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Makassar, mengajak saya dan beberapa teman sepermainan kecil di Kampung Jagong, untuk berwisata sosial ke Pulau Balang Lompo, ibu kota Kecamatan Liukang Tupabiring, Pangkep. Sejatinya, inisiatif itu datang dari Adnan Muis RMS (53), yang kala itu masih menjabat Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Makassar.
"Kita tidur di rumah orang pulau, bakar-bakar ikan sekaligus rayakan ulang tahun dan syukuran onde-onde Pak Camat di Balobaloang (julukan lain Pulau Balang Lompo)," ujar Nanang, sapaan akrab Adnan, kala itu. Itti berulang tahun ke-53, tepat 9 September 2025. Dia mulai memangku amanat Pak Camat Liukang Tupabiring, sejak 2023.
Adnan itu sahabat sekelas Itti mulai SDN 3 Tauladan Jagong, SMP 2 Pangkejene dan SMA 1 Pangkajene. Namun, Sabtu (27/12/2025) pagi, ajakan itu abadi sebagai rencana indah belaka. Sebelum azan Lohor, Itti sungguh "mengabadikan" diri sebagai putra "sejati" Tupabiring. Di perairan utara Tupabiring, Fitri Mubarak, dirudung celaka. Innalillahi wa innailaihi rajiun.
Itti tenggelam dan wafat bersama dua penumpang lain; M Imran SKep Ners (Koordinator KLC Dompet Dhuafa Pangkep), dan Darmawati (Bidan di Pusat Kesehatan Masyarakat Pulau Sarappo). Kapal motor (KM) Fitri Djaya, yang ditumpangi bersama 10 relawan misi kemanusiaan KLC Dompet Dhuafa, terbalik diterjang arus ombak dan angin buritan Selat Makassar. Camat Liukang Tupabiring itu meninggal dunia di sisi buritan lambung perahu Jolloro tumpangannya. Lokasi kejadian di perairan Pulau Podangpodang, sekitar 1.1 mil laut sebelum pulau tujuan, Sarappo Caddi.
Itti berlayar dari Dermaga Sungai Pangkajene, Pangkep, sekiyar pukul 09.10 Wita. Insiden laut terjadi setelah satu setengah jam pelayaran. Lokasi kejadian kurang semil dari garis pantai Podangpodang. Warga sempat mengabadikan detik-detik kapal terombang-ambing dari bibir pulau. Zoom In 3X dari ponsel Android standard, hanya menunjukkan bodi jolloro KM Fitri Jaya dan dua kapal penyelamat. Tak ada tubuh penumpang terlihat dari klip durasi 0,8 menit itu. Tujuh penumpang KM Fitri Jaya, selamat bersama juru mudi kapal, M Dg Nasru (47). Sedangkan Fitti, meregang nyawa setelah paru-parunya kemasukan air asin Tupabiring.
Keluarga dan Karier Itti
FItti memang ditakdirkan dari dan untuk Tupabiring. Dia lahir, tumbuh dan berkarier di gugus kepulauan karang, perbatasan perairan Maros dan utara Makassar. Ayahnya, Haji Djamaluddin Hatibu (1941-2018) lahir dan besar di Balang Lompo. Ibunya, Hajjah Husniah Dg Ngai (1947-2025), juga besar dari budaya pesisir Tupabiring, di kawasan Gusung Paotere, Makassar. Ayahnya pendidik dan tuan guru sejati dari Tupabiring.
Setelah jadi pendidik, pembina pramuka di Pangkep, juga dua periode jadi wakil rakyat DPRD dari daerah pemilihan Tupabiring. "Nenek moyangku memang pelaut." tulis Fitti. Fitti putra kedua dari empat saudara. Kakaknya, Maimunah (56) besar dengan penduduk Tupabiring di Ujungpandang dan Pangkep. Dua adiknya, Intan Welli Djamal (50) dan Arsyad Djamal (48) juga demikian. Arsyad kini menjabat sebagai Sekretaris Dinas Perumahan dan Tata Ruang Pangkep.
Fitti menikah dengan santri Ponpes IMMIM Putri, Sitti Hadija Saiful (45). Dari wanita asal Wonomulyo, Polewali Mandar itu, Fitti dikaruniai dua putra dan satu putri. Si sulung, Ghalib Syah kini bekerja di Jakarta. Si tengah, Lutfi Syah Reza dan si bungsu Zafirah Khairunnisa, kini tengah menyelesaikan kuliah di Bogor, Jawa Barat. "Sejak SMP, tiga anak kami sekolah, kuliah dan bekerja di Pulau Jawa," kata Hatija, di sisi jenazah suaminya di Perumahan Haji Rako, Paddoang-doangan, Pangkajene, Sabtu (27/12/2025) malam.
Sang istri berkisah, tiga jam sebelum insiden maut di laut Tupabiring, dia menyupiri suaminya ke Dermaga Sungai Pangkajene. "Kak Fitti, minta saya beli kue dulu untuk Haji Messu, sebelum saya drop di dermaga pasar," ujar Ija, mengisahkan bakti terakhir ke suaminya. Tanta Nursiah (56), pemilik kedai kopi di dermaga Pangkajene, juga bersaksi "Pak Camat Fitti" tampil beda dan tenang sebelum "on boarding" di KM Fitri Jaya.
Di rumah, sekitar pukul 08.00 Wita, istri Fitti, mengisahkan cerita "agak laen" dari kebiasaan suaminya. Tetiba, Fitti mengeluarkan life vest jacket dari kantong tas ransel kerja. Jadi, sejak emban tugas sebagai camat di gugus 20-an pulau Tupabiring, Fitti memang selalu mengemas rompi pelampung, laptop dan pakaian harian dalam ransel kerja. Namun, kemarin pagi, isyarat kepergian abadi itu tak terbaca sang istri. Fitti tetiba keluarkan rompi pelampung dari tas. "PP (pulang pergi) ja. Sore pulangma lagi Dik," kata Ija, menirukan seloroh suami kenapa tak membawa rompi pelampung oranye.
Meski putra sejati Tupabiring, ternyata, Fitti kurang lancar berenang. Dan, sore jelang azan Magrib, raga Fitti memang pulang ke rumah. Tidak dengan jiwa dan nyawa. Bahkan, selepas azan Azar, Ija justru datang menjemput jenazah suaminya di Dermaga Maccini Baji, Labakkang, pelabuhan evakuasi 10 korban kapal KM Fitri Jaya.
Misi Kemanusiaan
Jenazah Fitti, Minggu (28/12/2025) siang ini, akan dimakamkan di komplek pemakaman keluarga di Desa Salebbo, Bungoro, Pangkep. "Fitti memang bukan keluarga inti kami, tapi saya sudah minta ke Dik Ija (istri Fitti), untuk saya makamkan dekat kuburan kakak (Asdar Muis RMS) dan ibu (Hj Rahmatiah Muis)," ujar Adnan, di rumah duka.
Adnan berskisah, saat didaulat jadi Ketua Umum Ikatan Alumni (IKA) Smansa Pangkep, dia sengaja memilih sahabat rasa saudara itu sebagai kepala sekertariat. "Jabatan resminya di SK pengurus IKA, Wakil Ketua Umum bidang sosial dan kemanusiaan. Tapi pekerjaan rutinnya, adalah CEO, chief everything officer." Di IAM Center, lembaga nirlaba rintisan Nanang, Camat Fitti punya seabrek tugas. Selain tata organisasi, keuangan, juga relasi eksternal untuk misi kemanusiaan di Pangkep.
Jika ada warga kurang mampu, tak memiliki BPJS, atau ada kedukaan alumni, maka Fitti menanggalkan jabatan camat-nya. "Fittilah yang berhubungan dengan dokter rumah sakit, kepala puskesmas di daratan dan lautan, urus papan duka, atau jaminan kesehatan dan biaya kedukaan," ujar Nanang. Kepala Dinas Kesehatan Pangkep Hajjah Herlina Tappu Apt Mkes, (59), mengkonfirmasi Camat Fitti berangkat ke Pulau Sarappo bersama Tim Relawan TKC Dompet Dhuafa, untuk misi kemanusiaan dan sosial.
"Selain bawa bantuan proyek 40 jamban sehat, Pak Camat Fitti dan Pak Imran Dompet Dhuafa, juga akan gelar ralat Monev (monitoring dan evaluasi) Rumah Sehat di Pulau." ujar Herlina. Di Jolloro KM Fitri Jaya memang memuat 6 tim relawan Dompet Dhuafa, dan tim dari Dinkes dan PKM Tubabiring.
Karier Itti
Itti memulai karier ASN-nya di SDN Balamg Lompo, Tupabiring. Lalu menjadi staf administrasi pendidikan dasar dan menengah di Dinas Pendidikan Pangkep. Dua tahun di Pulau Balang Lompo, pindah ke jadi staf tata usaha di SMPN 2 Pangkep dan SMA 1 Pangkep, almaternya. Setelah menyelesaikan kuliah sarjana di Universitas Pepabri, Fitti masuk ke kabid Badan Perencanaan Daerah. Setelah menyelasaikan magister sains di UMI, Fitti ditarik menjadi sekertaris di Pangkajene dan tahun 2022 diangkat jadi camat Tupabiring oleh Bupati M Yusran Lalogau.
"Sebenarnya, saya sudah pernah minta ke Om Fitti, untuk masuk ke daratan, Tapi sepertinya dia betah dan mau mengabdi hingga akhir di Tupabiring. Dan hari ini, dia membuktikan pengabdian itu hingga akhir hayat." kata Yusran, sambil menyeka air mata di Dermaga Maccini Baji, momen menjeput jenazah Putra "sejati" Tupabiring.
0 Response to "Camat Fitti, Putra Tupabiring Lepas Life Jacket untuk Misi Kemanusiaan"
Posting Komentar