Krisis ekonomi menghancurkan anak negeri?


Oleh Amidi

Bila kita melihat dari berbagai bencana alam yang terjadi di negeri ini, kejadian tersebut hampir terjadi setiap tahun. Waktu terjadinya pun sering kali bersamaan, berkisar antara bulan November hingga Desember.

Meskipun ada indikasi penanganan bencana yang lambat dan kurang sigap, yang jelas adalah bencana alam ini sudah menghampiri negeri ini dan diperkirakan akan terus terjadi jika "lagu lama" terus kita lantunkan.

Beberapa faktor seperti penebangan liar (illegal logging) yang terus marak, pengerukan sumber daya alam tanpa rehabilitasi yang maksimal, serta kegiatan ekonomi yang mengeksploitasi dan mengekspor sumber daya alam secara berlebihan tanpa mempertimbangkan generasi penerus, menjadi penyebab utama bencana alam yang terus terjadi. Peringatan dari Yang Maha Kuasa kepada manusia melalui bencana alam ini idealnya sudah cukup menyadarkan kita semua.

Bencana Ekonomi?

Selama ini, bencana alam selalu diikuti oleh bencana ekonomi. Bahkan bencana ekonomi sendiri terus berlangsung. Bencana alam dapat memporak porandakan tatanan ekonomi daerah yang terkena dampaknya. Misalnya, beberapa daerah memiliki unit bisnis yang dijarah karena rakyat yang terkena bencana lambat mendapat bantuan, sementara mereka lapar.

Begitu juga dengan bencana ekonomi sendiri. Dampak pandemi yang terus berlangsung telah menyebabkan bencana ekonomi yang bertubi-tubi. Kegiatan ekonomi macet, PHK terjadi di mana-mana, pelaku bisnis banyak yang collapse, dan singkat kata tatanan ekonomi "berantakan", yang diindikasikan oleh adanya pertumbuhan ekonomi yang terkoreksi atau bahkan sempat "minus".

Pasca-pandemi, memang ekonomi mulai bangkit atau pulih, pertumbuhan ekonomi kembali "positif", namun hanya bertengger pada angka kisaran 4-5 persen saja. Itu pun dicapai "melalui perjuangan yang tidak ringan". Untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen sepertinya sulit, karena membutuhkan komitmen dan kekuatan besar serta kepemimpinan yang ikhlas.

Tanda-Tanda Bencana Ekonomi Terus Berlangsung

Sekarang ini, bencana ekonomi terus berlangsung. Di lapangan, di pasar bisa kita saksikan sendiri, kegiatan PHK terus bergulir, unit bisnis yang stagnan dan collapse satu per satu terus berlangsung.

Di kota tempat saya tinggal, baru saja sebentar suatu unit bisnis baru berdiri, awalnya sempat "viral" dan ramai, namun lama kelamaan mulai terlihat sepi dan bahkan sampai ada yang tutup. Kuliner yang lagi "viral", baik unit bisnis bidang kuliner yang menjual makanan maupun minuman, awalnya "viral", "booming", dan ramai, kini banyak dari mereka yang sudah tutup.

Anda bisa melihat sendiri di kota Anda, terkadang ada suatu gerai "es cream" yang buka tidak jauh dari lokasi kantor di kawasan perkampungan, eh setelah beberapa lama (hitungan bulan), setelah Anda akan mengunjungi-nya atau akan membeli kembali, ternyata gerai "es cream" tersebut sudah tutup.

Begitu juga dengan rumah makan yang cita rasanya sudah cocok dan mengena pada semua "pemilik lidah" di negeri ini bahkan orang asing pun menyukainya (baca: rumah makan Padang). Beberapa dari pelaku usaha bidang kuliner (rumah makan) tersebut sudah tidak beroperasi lagi alias collapse.

Kini, sudah mulai terlihat unit bisnis kuliner yang dilakoni para artis pun demikian, baru-baru hadir di Kota kita, atau di Kota Anda, ramai dan digandrungi, setelah beberapa lama mulai terlihat sepi, "hidup segan mati tak mau" dan lama kelamaan tutup.

Faktor Penyebab

Bila diperhatikan, memang banyak faktor yang menyebabkan bencana ekonomi, berupa "pasar sepi", konsumen mulai tiaraf dan atau menahan untuk berbelanja yang tercermin adanya penurunan daya beli.

Faktor pendapatan masih menempati urutan penyebab utama, turunnya daya beli. Betapa tidak, PHK yang masih terus bergulir, sulitnya mendapatkan/memasuki lapangan kerja, karena lapangan kerja terbatas, mendorong pendapatan anak negeri ini turun dan atau terjadinya penurunan pendapatan secara riil. Sementara kebutuhan lain sudah menunggu dan mau tidak mau harus dipenuhi. Kebutuhan dasar pun terkadang sudah mereka tahan, kecuali kebutuhan dasar makan-minum yang mau tidak mau harus mereka penuhi, ditambah lagi mereka harus membayar tagihan rekening listrik atau mengisi pulsa token, membayar pemakaian air minum/ledeng, biaya anak sekolah dan kebutuhan dasar yang sudah terpola lainnya, misalnya mereka harus mengeluarkan uang untuk membeli air minum dalam kemasan.

Dengan demikian, wajar saja kalau pendapatan yang mereka terima tersebut masih dirasakan kurang. Tidak usah jauh-jauh, mungkin kita sendiri atau anggota keluarga yang lain, kalau hitungan angka pendapatan mereka pada kisaran angka 10 an saja, saat ini mereka rasakan untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri dan keluarga terkadang kurang. Apalagi bagi saudara kita yang hanya berpendapatan/berpenghasilan di bawah kisaran angka 5 an. Jelas, akan kurang alias tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan yang layak untuk keluarga standar saja (4-5 anggota keluarga).

Langkah Antisipasi

Agar bencana ekonomi ini terus menjelma bak bencana alam, maka harus ada langkah yang harus dilakukan sebagai antisipasi agar bencana ekonomi tidak terus melanda pelaku bisnis dan konsumen di negeri ini.

Pihak yang berwenang mengeluarkan perizinan harus selektif agar tidak menimbulkan persaingan yang semakin tajam yang akan mematikan satu per satu pelaku bisnis yang sama atau pelaku bisnis yang ada. Regulasi yang sudah dibuat, harus dipatuhi dan dijalankan secara baik, agar regulasi tersebut tidak "dikangkangi" yang akan menimbulkan unsur melibas antara pelaku bisnis yang sama dan pelaku bisnis skala kecil.

Bagi pelaku bisnis juga harus melakukan pertimbangan yang matang, jangan emosi untuk membuka cabang unit bisnis-nya dimana-mana tersebut, jangan sampai membunuh diri sendiri dan orang lain.

Kemudian, petinggi negeri ini harus mendorong pertumbuhan ekonomi terus menggeliat di atas 5 persen, dengan jalan memaksimalkan dana yang ada, mengoptimalkan SDA yang ada, dan menekan "kebocoran/korupsi" di sana-sini.

Kepemimpinan yang kuat dan ikhlas memang sangat dibutuhkan, dengan kepemimpinan yang kuat dan ikhlas akan muncul program pro rakyat, kebijakan pro rakyat, sehingga yang ada bukan hanya "retorika-retorika lagi" tetapi sudah merupakan perbuatan/langkah nyata demi mensolusi bencana ekonomi yang akan memporak porandakan sendi-sendi perekonomian. Selamat Berjuang!!!!!!

0 Response to "Krisis ekonomi menghancurkan anak negeri?"

Posting Komentar